Setiap kali perusahaan mengumumkan pengurangan pekerjaan, biasanya harga saham mereka cenderung naik karena investor menyambut potensi efisiensi dan keuntungan yang lebih tinggi. Namun, reaksi berbeda ditunjukkan Wall Street terhadap berita terbaru dari Tesla.
Setelah CEO Elon Musk mengumumkan bahwa perusahaan akan mengurangi tenaga kerja globalnya sebesar 10%, harga saham Tesla justru turun hampir 6%, mencapai level terendah sejak Mei tahun lalu. Dalam memo yang dikirim kepada karyawan, Musk menyatakan keputusan itu harus diambil meski ia membencinya.
Penurunan harga saham Tesla ini melanjutkan tren negatif sejak awal tahun, dengan penurunan 29% pada kuartal pertama 2024, periode terburuk sejak akhir 2022. Saham Tesla sekarang berada 60% di bawah puncaknya yang dicapai pada November 2021.
Penurunan sebelumnya tidak selalu memicu pesimisme pasar sebesar ini. Misalnya, pada 2018 ketika Tesla mengurangi tenaga kerja sebanyak 9%, sahamnya justru naik lebih dari 3%. Begitu pula pada 2022, saham Tesla sempat jatuh 9% setelah berita tentang pengurangan tenaga kerja, tetapi pulih setelah Musk memberikan klarifikasi beberapa hari kemudian.
Tesla kini berada di posisi yang berbeda. Produsen mobil listrik ini melaporkan penurunan pengiriman kendaraan pada kuartal pertama, penurunan tahunan pertama sejak pandemi Covid-19 pada 2020. Di China, Tesla menghadapi persaingan ketat dari produsen mobil listrik lokal, seperti BYD dan Xiaomi.
Sebelum pemotongan pekerjaan, Tesla telah menurunkan harga dan memberikan insentif tambahan untuk menarik pembeli. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan erosi margin. Perusahaan juga memotong harga langganan sistem bantuan pengemudi premiumnya, Full Self-Driving (FSD), hingga setengahnya untuk pelanggan di AS. FSD tidak memberikan kendaraan otonom penuh dan tetap membutuhkan perhatian penuh pengemudi.
Menurut data terbaru Kelley Blue Book, harga mobil listrik menurun 9,7% dari tahun ke tahun pada bulan Maret, sebagian besar karena insentif yang kuat. Meskipun harga Tesla merosot di bulan Januari, mereka mengalami kenaikan kembali di bulan Maret.
Penurunan harga saham Tesla juga dipengaruhi oleh pengunduran diri dua eksekutif utama, Drew Baglino dan Rohan Patel. Baglino telah bekerja di Tesla sejak 2006, sementara Patel bergabung dengan perusahaan pada 2016 setelah bekerja sebagai penasihat senior untuk mantan Presiden Barack Obama.
Musk menjelaskan dalam memo bahwa penting untuk mengevaluasi setiap aspek perusahaan untuk mengurangi biaya dan meningkatkan produktivitas. Namun, para analis dan investor semakin khawatir tentang permintaan mobil listrik.
Menurut FactSet, 18 analis telah menurunkan target harga saham Tesla bulan ini, sementara tidak ada yang lebih optimis. Doug Clinton dari Deepwater Asset Management menyebutkan dalam program CNBC "Squawk Box" bahwa ada pertanyaan tentang permintaan EV yang telah muncul selama beberapa kuartal terakhir, termasuk potensi pembangunan Model 2 berbiaya rendah dan pengurangan harga FSD.
Tesla mengakui pertumbuhan mungkin melambat pada 2024 dibandingkan tahun sebelumnya, tetapi perusahaan belum memberikan panduan resmi untuk tahun 2024.
Selain persaingan industri EV yang meningkat, ketidakpastian juga datang dari Musk sendiri. Miliarder ini menghadapi pemeriksaan dari beberapa badan pengawas terkait perdagangannya di X, dan pemegang saham mempertanyakan perhatian yang ia berikan kepada Tesla karena kesibukannya dengan perusahaan lain seperti SpaceX, Neuralink, dan The Boring Company.
0 Komentar