Menjelang pemilihan besar tahun 2024 di AS dan kontes politik di seluruh dunia, perusahaan teknologi raksasa menghadapi tantangan besar dalam menghadapi serangan informasi palsu yang semakin masif. Sebuah studi baru oleh Mozilla dan CheckFirst menemukan bahwa alat transparansi iklan yang dimiliki oleh perusahaan terkemuka seperti Microsoft, Meta, Apple, dan Alphabet masih tertinggal dalam hal transparansi.
Penelitian ini menguji berbagai platform teknologi, termasuk Google Search dan YouTube milik Alphabet, Apple App Store, Microsoft Bing, LinkedIn, Meta, Pinterest, Snap, TikTok, X, dan lainnya. Hasilnya mengecewakan, menunjukkan bahwa tidak ada platform yang memenuhi standar "siap untuk tindakan" dan banyak yang menunjukkan kurangnya data penting dan fungsionalitas.
Perusahaan-perusahaan teknologi besar diwajibkan oleh Akta Layanan Digital Uni Eropa untuk memelihara perpustakaan iklan dan menyediakan antarmuka yang memungkinkan peneliti dan masyarakat umum mengakses informasi tentang iklan. Namun, studi ini menunjukkan banyak platform masih mengalami kesulitan dalam memenuhi persyaratan tersebut.
Penelitian ini juga menyoroti risiko serius yang muncul dari peningkatan kecerdasan buatan dan konten yang dihasilkan oleh AI, terutama terkait pemilihan. Meningkatnya jumlah deepfakes menjadi ancaman besar terhadap integritas informasi di dunia maya.
Para peneliti mengkritik X (sebelumnya Twitter) karena kurangnya antarmuka web yang memudahkan pengguna mencari informasi iklan. Perusahaan lain seperti Bing, Snapchat, AliExpress, dan Zalando juga menerima skor rendah dalam transparansi iklan. Sementara itu, Apple, Meta, dan TikTok dinilai lebih baik, meskipun masih memiliki kesenjangan dalam data dan fungsionalitas.
Sementara alat transparansi iklan masih belum sempurna, para peneliti berharap perusahaan teknologi akan melakukan perbaikan lebih lanjut untuk memastikan pemilihan yang lebih adil dan transparan di masa mendatang.
0 Komentar