Menjadi seorang petani merupakan warisan turun-temurun keluarga Bapak Tarno. Beliau merupakan seorang petani di Desa Nglebak, Kec. Tawangmangu yang hanya memiliki ijazah Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pada eranya, sekolah sampai jenjang SMP merupakan suatu hal yang sudah cukup bagus pada lingkungan di sekitarnya. Karena kebanyakan teman-teman beliau hanya sekolah sampai jenjang Sekolah Dasar (SD) saja.
Karena hanya memiliki ijazah SMP, membuat beliau ragu untuk mencari pekerjaan. Karena tidak ada pilihan, beliau memutuskan untuk membantu orang tuanya bekerja menjadi seorang petani di sawah. Karena Desa Nglebak berada di lereng gunung lawu, jadi kebanyakan penduduk berprofesi sebagai seorang petani.
Namun, pada tahun 2016 beliau membuat sebuah langkah keberanian. Dari yang hanya seorang petani, beliau mencari tantangan untuk merambah ke dunia bisnis. Bisnis yang dijalankan beliau tidak jauh dari pertanian juga, beliau menjalankan bisnis pembibitan tanaman sayuran. Melihat para petani yang selalu menanam sayuran di area persawahan mereka, membuat beliau menjadikannya sebuah peluang untuk menghasilkan uang.
Bisnis bibit tanaman sayuran beliau sudah berjalan 5 tahun dan sudah memiliki berbagai pelanggan. Namun, untuk area pemasarannya masih warga lokal, belum merambah ke berbagai daerah. Karena promosi pembibitan tanaman beliau masih berbasis offline, belum memanfaatkan kecanggihan teknologi sekarang. Diperburuk pula dengan adanya pandemi ini. Pandemi ini memberi efek yang berarti terhadap bisnis beliau, karena omset penjualan pada masa pandemi ini menurun drastis.
Namun, pandemi ini tidak membuat semangat beliau tidak padam. Karena masih ada keluarga yang harus dinafkahi. Harapan beliau bisnis ini bisa tetap berjalan pada masa pandemi sekarang dan dapat berkembang lebih baik lagi. Karena pada masa sulit ini, beliau selalu memegang teguh prinsip "Selalu mencoba mengubah kemalangan menjadi kesempatan." - Wayne Dyer.
0 Komentar