Memasuki bulan Agustus, tentunya menjadi momen yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat terutama remaja komplek dalam menyambut Hari Kemerdekaan Indonesia. Berbagai lomba disiapkan, seperti balap karung, menangkap belut, memasukkan paku kedalam botol, makan kerupuk, tarik tambang, panjat pinang, dan lain-lain. Seketika perumahan penuh dengan hiasan dekorasi nuansa merah-putih. Anak-anak berlarian kesana kemari dengan membawa bingkisan ataupun mengunjungi tenda lomba untuk melihat aksi anak-anak lainnya. Jalanan ramai dengan parade kostum dan sepeda hias. Semua bersukacita dalam merayakan 17 Agustus, tanggal bersejarah dimana Ir. Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Sejatinya, perayaan 17 Agustus tidak hanya sekedar mengadakan lomba dan berkumpul untuk mengucap rasa syukur terhadap kemerdekaan yang sudah terjaga selama 75 tahun. Bila kita memaknai perayaan ini lebih jauh, kita akan mendapat banyak nilai positif dari budaya yang kita miliki. Indonesia memiliki ribuan pulau, yang didiami oleh berbagai suku dengan budaya nya masing-masing. Dengan keragaman yang ada, tugas kita adalah tetap menjadi satu, Bhinneka Tunggal Ika. Adanya perbedaan justru menjadi penguat untuk bersama-sama membangun negara.
Membahas mengenai penerapan Bhinneka Tunggal Ika di kehidupan remaja, saat ini semua kegiatan terpaksa dilakukan di rumah karena pandemi. Tradisi perlombaan pada 17 Agustus kini berubah menjadi lomba-lomba online berhadiah. Misalnya, lomba menulis puisi dan cerpen, lomba Creative Design and Thinking, lomba Business Development, dan lomba-lomba lainnya yang berbau kreativitas. Targetnya adalah generasi milenial yang sebentar lagi akan menggantikan peran generasi sebelumnya dalam membangun dan menata bangsa. Tujuannya adalah untuk membangun dan merangsang kreativitas remaja, bagaimana tetap berjuang untuk negara dari rumah. Berpikir, mengolah ide, dan menuangkannya ke dalam kehidupan sehari-hari dari rumah, untuk bangsa. Untuk pertamakalinya, tahun ini perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia dilaksanakan dengan protokol kesehatan. Meskipun tidak semeriah biasanya, namun semangat harus tetap berkobar dalam rumah. Mari kita ambil satu contoh perbandingan lomba 17an biasanya dengan 17an disaat pandemi. Tahun-tahun sebelumnya, 17 Agustus ramai dengan orang-orang yang berkumpul untuk melihat aksi lomba panjat pinang. Lomba ini mengharuskan satu kelompok untuk gotong-royong memanjat sebuah tiang yang diatasnya terdapat berbagai macam hadiah yang bisa mereka ambil jika berhasil sampai ke puncak. Permainan pun dipersulit dengan diberikannya minyak maupun lumpur di tiang panjatannya. Jika kita telisik lebih lanjut, panjat pinang merupakan sebuah gambaran dari salah satu budaya Indonesia, yaitu bahu-membahu mencapai satu tujuan yang sama. Satu tujuan untuk kebaikan bersama. Layaknya para pahlawan yang sama-sama berjuang untuk mendapatkan hadiah, yaitu kemerdekaan Indonesia. Panjat pinang mengajarkan bahwa sesulit apapun suatu rintangan, jika kita dan teman seperjuangan lainnya memiliki satu tekad yang bulat dan berusaha bersama, maka kita akan mendapat hasil yang memuaskan. Kita dapat mencapai puncak karena rasa solidaritas dan usaha yang kuat. Bagaimana dengan lomba 17an yang diselenggarakan saat pandemi? Apakah feel nya tetap sama dengan lomba 17an yang dilaksanakan secara langsung? Jelas berbeda. Namun bukan berarti tidak ada nilai yang bisa kita ambil dari lomba di situasi pandemi. Contohnya adalah lomba essay mengenai solusi permasalahan maupun essay mengenai cinta bangsa Indonesia. Lomba ini benar-benar mengasah isi otak kita, sejauh mana kita mampu berpikir dan sejauh mana kreativitas kita dapat berjalan. Melalui essay, kita dapat menumpahkan isi pikiran kita dan hati kita terhadap Indonesia. Bagaimana kita memandang negara kita sendiri, seberapa besar kita mencintai bangsa dan budaya yang kita miliki, dapat terlihat dari tulisan kita sendiri. Perlombaan kali ini tidak membutuhkan banyak effort untuk menghasilkan sesuatu, tetapi butuh banyak ide yang murni untuk pembangunan. Lalu, nilai apa yang bisa kita ambil dari situasi seperti ini? Jawabannya adalah merumuskan solusi dengan sigap ditengah kondisi yang kacau. Seiring berkembangnya zaman, kita juga harus menyesuaikan dengan hal-hal yang ada. Ciptakanlah inovasi dan tetap perhatikan tujuan awal kita, yaitu bersama-sama memajukan bangsa. Mungkin sekarang kita merasa ruang gerak kita terbatas, karena harus selalu dirumah dan jika berkegiatan diluar pun penuh dengan protokol ini-itu. Tanpa kita sadari, dampak dari hal-hal yang kita lakukan sekarang baru akan terasa setelah semua ini berlalu. Dalam arti, dampaknya akan berjangka panjang.
Perjuangan ada banyak bentuknya, khusus untuk jaman sekarang, kita tidak hanya berjuang untuk tetap bertahan melewati masa-masa pandemi, tetapi juga tetap berjuang agar negara ini tidak terpecah belah. Kurangnya komunikasi secara langsung dapat menyebabkan kesalah pahaman yang berujung perdebatan. Sebagai generasi milenial yang melek teknologi, peran kita adalah menyampaikan aspirasi dan hal-hal lainnya dengan sopan di berbagai media sosial. Aspirasi yang disampaikan tentunya juga harus untuk kebaikan bersama, bukan hanya untuk kebaikan sebagian kelompok atau satu pihak saja. Perlu digarisbawahi bahwa Indonesia terbentuk dari ±300 kelompok etnis dengan masing-masing budaya nya sendiri, sehingga menghargai perbedaan satu sama lain sangatlah penting. Kunci utama terjalinnya hubungan baik dengan sesama adalah saling menghormati dan gotong-royong mencapai tujuan yang mulia. Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu. Apakah kalian sudah sepenuhnya menghargai perbedaan yang ada di sekitar kalian?
0 Komentar